Saya setuju dengan ketidak setujuan saya dengan pandangan anda bahwa benar anda semua pasti tidak setuju dan keberatan dengan opini saya disini, mengingat sepakbola bukanlah ilmu matematika yang bisa dihitung dan hasil hitungan tingkat akurasi nilai tepat setepat-tepatnya secara pasti.
Sepakbola bukanlah Ilmu seperti matematika yang tingkat akurasi vadilitas nilai hitungan terukur dan selalu benar tak terbantahkan sebagaimana ilmu pasti (science hard). Berbeda dengan sepak Bola, prediksi kalkulasi hitungan sepakbola senantiasa bersifat prediktif dengan tingkat vadilitas kebenaran tak selalu pasti tepat, akurasi vadilitas hitungannya sangat sulit, karena itu prediksi sepakbola bagi pengamat bola sama seperti ilmu sosial-politik dan hasil prediksinya bisa benar-bisa salah. Maka sepakbola masuk bagian dari dalam kategori ilmu sosial (sciance soft).
Karena itu inferrioritas (kelemahan) tim-tim Indonesia pada umumnya berhadapan dengan Persipura, sekalipun menghabiskan jutaan rupiah unk mendatangkan pemain asing berkualitas dari luar seperti pemain-pemain Afrika dan Amerika Latin tetaplah Persipura dengan bintang top scorer Boz-nya selalu diatas dan tetap yang terkuat dan terbaik dalam kancah Sepak Bola Indonesia sepanjang sejarah.
Papua bagi Asia dan sepakbola Indonesia lain khususnya yang berlaga di tim ISL melampaui rata-rata kualitas permainan tim manapun Indonesia. Sebenarnya -karena aturan memaksa -Papua tak terlalu butuh pemain naturalisasi dan asing lain karena Persipura mewakili bahwa sepakbola Papua itu terlalu unik bagi Indonesia. Timo Kapisa, Yohanes Auwri, Boaz Salossa, memberi bukti kepada sepak bola Indonesia bahwa skill (kemampuannya) diatas rata-rata pemain naturalisasi maupun pemain asing didatangkan club manapun tim ISL, apalagi pemain lokal Indonesia Papua melampaui, sejauh Indonesia dan sepakbolanya. Kita semua dan Indonesia khususnya sebaiknya mengakui ini untuk "belajar main bola" pada bakat alamiah Papua.
Kemampuan anak-anak Papua mengolah si kullit bundar tidak kurang dari pemain asing diluar negeri yang berlaga diliga besar Eropa sana adalah kemampuan alamiah. PSSI dan pejabat Indonesia selama ini kita tahu untuk menghancurkan Persipura atau sepakbola Papua umumnya dengan menerapkan sistem standar ganda.
Jangan munafiq sepakbola bukan matematika tapi masuk dalam kajian ilmu sosial-(politik), PSSI dan dan oknum pemain judi selalu berusaha mematikan sepakbola Papua dengan berbagai intrik dan cara, terutama kebijakan politik sepakbola, namun tetap saja dewasa ini Papua diwakili Persipura tetaplah yang terbaik dan teratas, disini bukan lagi logika dan matematika tetapi alamiah.
Mungkin Indonesia lebih tepat berguru pada Jepang lebih cocok daripada belajar dari anak-anak Papua secara fisik jauh berbeda untuk itu kesulitan tersendiri bagi insan sepakbola Indonesia mau belajar main bola dari bakat alami anak-anak Papua. Sebab bukan saja soal kualitas tapi fisik sangat menentukan. Rata-rata fisik saudara-saudara Asia Timur dan Asia Tenggara tidak terlalu cocok sebagai pemain bola apalagi menjadi ahli seniman pemain bola, dan itupun kalau bisa mungkin butuh 100 tahun lagi melalui pembauran genetika dengan ras bangsa lain seperti Sergio Van Djick (SVD), mungkin impian Indonesia dan Asia Tenggara masuk Piala Dunia atau sekedar bermain club elit Spanyol seperti Barcelona atau Real Madrid atau MU, Arsenal, Celsie mungkin saja, siapa tahu bisa terwujud,mengingat sepakbola bukanlah matematika bukan? (ismail.asso
Posts
0 komentar for "KEHEBATAN SEPAK BOLA PAPUA"