“Tiga
Poin dibawah ini upaya Kolonialsime Indonesia untuk membunuh rasa Nasionalisme
Papua Barat. ini pengamatan saya selama
ini, jika kawan-kawan ingin tambakan
mohon konfirmasi saya melalui emial: westpapua_wiyaimana@hushmail.com. Agar
sayapun dapat bahan acuan yang lebih detail dan/atau akurat dari pengamatan kawan-kawan seperjuangan selama ini
di Tanah Barat”
Oleh:
Wiyai Papua
Pemberlakuan RUU Ormas dan
Kamnas di Tanah Papua Barat
Ratusan
Organ pergerakan di Indoensia menolak tegas
pemberlakuan RUU Ormas dan Kamnas, dengan melakukan Aksi-aksi damai oleh rakyat
Indonesia didepan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat (DPR
RI) berkali-kali. Namun,
hingga belum ada tanggapan dari pihak wakil Rakyat itu sendiri. Sedangkan di
Tanah Papua, Pemerintah Indonesia sudah berlakuakn
RUU Oramas dan Kamnas di Tanah Papua, sehingga ruang untuk menyampaikan aspiras
kepada Pemerintah sangat tertutup hingga kini dan perlawan Rakyat Papua pun
dibungkam. Ketika Rakyat Papua menggelar Aksi Demontrasi, pihak keamanan
melakukan aksi penangkapan terhadap Aktivis di Tanah Papua.
Saat Komite Nasional Papua Barat (KNPB) menggelar
Demontrasi damai
sehingga gabungan TNI/POLRI paksa membubarkan
masa aksi didepan Kampus Universitas Negri Papua (UNIPA) di Manokwari, 23 Oktober 2012
lalu. Dalam insiden tersebut pihak TNI/POLRI menangkap 11 Aktivis KNPB dan
gabungan TNI/POLRI juga memukulii salah satu wartawan suarapapua (Oktovianus
Pogau) saat hendak meliput berita.
Bukan hanya di Manokwari tetapi di seluruh wilaya di Tanah Papua hadapi nasib yang sama. Jika
persoalan ini terus terjadi di tanah Papua, maka para elit Politik dan pihak
kapitalisme, Imprilialisme, bahkan Kolonialisme memanfaat memon ini untuk
selamatkan kepentingan mereka. Kondisi seperti ini rakyat Papua sudah hadapi
dari sejak Papua di integrasikan kedalam Negara Kesatuan Repubilik Indonesia (NKRI) sampai
dengan saat ini.
Di Paniai Papua, Pihak TNI/POLRI sedang swiping
handphone yang menyimpang foto-foto Budaya Papua, dan menyita atribut-atribut
Budaya suku Mee di Tanah Papua. Dalam hal, banyak kalangan mengatakan, masa
Soeharto sama nasib dengan resim SBY.
Tindakan brutal pihak Militer Indonesia di Tanah Papua
sangat ironis dan/atau tidak manusiawi, maka hal ini
dikategorikan melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) yang dimasudkan dalam UUD 1945
tentang HAM. Sepertinya, Hak Hidup (life), Hak Kebebasan (liberty), dan Hak
Memiliki (property).
Oleh sebab itu, jangan biarkan persoalan ini terus
terjadi di Tanah Papua, dan perlu ada kerja sama antara tokoh agama, Masyarakat
di Tanah Papua Barat. Karena hal ini sangat urgen dan/atau perlu ada kerja sama
yang baik antara beberapa pihak yang dikemukakan diatas ini.
Bahkan, Pemuda dan Masyarakat di Tanah Papua juga jangan biarkan upaya Kolonialisme Indonesia untuk
membungkam ruang Demokrasi di Tanah Papua, karena ini suatu upaya Indonesia yang sangat
buruk tujuannya mematikan rasa Nasionalisme Papua yang mana berawal dari sejak
puluhan tahun lalu diatas Tanah Papua. Jika pembumkaman ruang Demokrasi terus
terjadi
maka Eksitensi Orang Papua sangat terancam dan juga
akan punah, sehingga Bangsa lain akan mengatakan bawah, “Dulunya ada Orang Kulit hitam
rambut Kriting yang hidup di Pulau ini tetapi mereka sudah Punah, sedangkan
Sumber Daya Alam mereka itu berlimpah”
Jika RUU Ormas dan Kamnas disahkan, maka tidak secara
langusng Pemerintah Indonesia membuka pintu kemerdekaan bagi masing-masing wilaya
di Indonesia.
RUU Oramas dan Kamnas diperlakukan atas desakan kaum
impirialisme, Neokapitalisme, neolibelarisme dan/atau pihak asing, demi
kepentingan Ekonomi Politik di Indoensia
khususnya di Tanah Papua Barat.
Perjuangan Bangsa Papua bukan hanya melawan
Kolonialisme Indonesia tetapi melawan juga Impirialisme Amerika Serikat.
Sepertinya, Victor Yeimo Ketua Komite Nasional Papua (KNPB) menulis
didinding akun Facebooknya, perjuangan ini sangat berat karena berskala
Internasional, “Tulisnya.
Program
e-KTP
Pemberlakuan
e-KTP Rakyat Papua menilai bagian dari penyakit pembunuh rasa Nasionalisme Papua dan melemakan
pergerakan perjuangan Rakyat Bangsa Papua yang dijuangkan dari sejak 1960-an
sampai dengan saat ini. Oleh karena itu, Rakyat Papua menolak tegas pemberlakuan
e-KTP di Tanah Papua.
Dan sebagian umat Gereja pun manilai, e-KTP bagian dari angka
666 yang akan menggenapi Akhir Zaman. Seperti apa yang Tuhan memperlihatkan
kepada Yohanes di pulau Patmos, saat hendak menulis kitab Wahayu
Saat ini, sebagian Rakyat Papua merasa trauma untuk
miliki e-KTP Karena e-KTP memiliki sistem yang sangat canggih bahkan orang
yang memegang sitem tersebut sudah mengetahui apa yang kita sedang pikirkan, dan juga ke luar Negri tidak perlu menggunakan
Pasword
(hal ini sama dengan miliki Kartu 666 menurut Firman Tuhan).
Kurikulum
Pendidikan
Upaya
Kolonialsime Indonesia untuk membunuh Nasionalisme Papua melalu Pendidikan yang
diterpakan oleh Kementrian Pendidikan melalui buku-buku sejarah Indonesia
tentang konteks
Papua. Menurut beberapa pengamat Sejarah Papua mengatakan, buku sejarah
yang diterbitkan oleh Indonesia itu dimanipulasi dan tidak sesuai dengan apa yang pernah terjadi di Tanah Papua pada tahun 1960-an lalu.
Sepertinya Aneksasi Papua dalam NKRI, PEPERA dan lain-lain, dan Perjuangan
Indonesia Mereka Orang Papua juga pernah berjuan. Misalnya, Mathen Indey, Silas
Papare, Frans Kaisepo yang dijuluki Palawan Indoensia. Itu semua omong kosong
yang dibuat NKRI. Agar orang Papua percaya dengan Sejarah Palsu Kolonialisme
Indonesia.
Jika hal ini terus menjadi Kurikulim dalam Pendidikan,
sangat sayang sekali dengan Generasi muda Papua. Nasib ini saya pun sering perna hadapi saat
di bangku Sekolah Dasar. Ketika saya membaca “Papua dari Pangkuan ke Pangkuan”
yang ditulis oleh Alm. Agus Alua.
Sehingga saya menyadari bawah, Kurikulum Pendidikan di
Papua yang terapkan oleh Kolonialsime Indonesia itu bohong. Akhirnya, saya
menyadari dengan apa yang saya perna pelajari. Maka itu ditandaskan kepada
Pendidik-pendidik yang masih eksis di Tanah Papua perlu mengajar Pendidikan
Sejarah Papua dan Budaya Papua yang dikelabui oleh Kolonialsime Indonesia
melalui Kurikulum bohong itu.
“Harapan saya terus berdiskusi mengenai
Judul Artikel diatas, agar mengetahui steratege dan/atau taktik Kolonialisme
Indoensia untuk membunuh rasa Nasionalisme Bangsa Papua”
Penulis adalah satu anak muda asal Papua
Barat, sekarang Ia berdomisi di Holandia
gan saya hanya ingin memberitahu. jangan sampai papua barat senasib dengan Timor leste. yg sama2 di janjikan kemerdekaan oleh Amerika dan di janjikan akan di bantu oleh Amerika. tapi pada akhirnya Amerika hanya ingin mencari untuk untuk dirinya sendiri. tetapi Timor leste setelah mengetahui itu langsung menghentikan kerjasamanya kepada Amerika. dan Hasilnyapun bisa di lihat sendiri. sekarang Timor leste menjadi negara miskin. dan di organisasi ASEAN pun masih belum di terima di berbagai hal.
saya hanya tidak ingin nantinya PAPUA BARAT akan menyesal seperti TIMOR LESTE. karena sekali keluar tidak mungkin untuk masuk lagi ke INDONESIA
FREE WEST PAPUA