Ilustrasi@ |
DEIYAI
--- Bertempat di aula paroki Segala Orang Kudus (SOK) Diyai, Tigi
Barat, kabupaten Deiyai telah membentuk panitia Musyawarah Pastoral Mee
yang ke empat (IV), pada hari Jumat, tanggal 11 Januari 2013 kemarin.
Rapat tersebut dipimpin oleh Pastor Dekan Dekenat Paniai, Marten Ekowaibi Kuayo, Pr dan didampingi oleh tim pastoral bidang program Owaada, Manfred Mote, S.Fil serta pastor Paroki Diyai dan juga pengurus Paroki Diyai. Turut hadir juga dalam pertemuan tersebut semua denominasi gereja Kingmi, GKI, Persekutuan dan GBI se wilayah Meuwodidee. Tidak ketinggalan perwakilan dari Dekenat Kama (Kamuu-Mapia) turut ikut serta menghadiri pertemuan tersebut.
Dalam arahannya, Pastor Dekan Dekenat Paniai, Marten Ekowaibi Kuayo, Pr
menceritakan cepat kerjaan terbentukya Owaada dan tindak lanjut program
Musyawarah Pastoran (Muspas) hingga Musyawarah Pastoral Mee (Muspasmee)
di Obano yang telah berlangsung dua tahun yang lalu serta kenyataan dari
program pada Musmee tahun lalu.
Dirinya (Pastor Marten, red) meminta kepada umat atau masyarakat suku
Mee dari Makataka sampai Kegata agar menghidupkan Owaada. “Sebab dalam
program Owaada di sana akan ditemukan iman yang sejati (ekonomi dan
beberapa faktor yang bisa menghidupakan kehidupan secara rohani dan
jasmani”, katanya.
Lebih lanjut Pastor Ekowaibi juga menggaris bawahi, bagaimana cara
menghidupkan Owaada yang dibangun di masing-masing keluarga. “Dalam
Owaada itu akan terbentuk kesejahteraan, hidup jasmani dan akan
terbentuk keimanan atau ketaqwaan kepada Tuhan melalui program Odaa
Owaada”, bilang Kuayo. Program tersebut menurut Pastor Marten, dirintis
pada tahun 1996 sejak dirinya menjadi pastor Paroki Diyai yang dimulai
dengan istilah BOPE yang artinya Bugi/Taii, Owaa, Piya dan Eda
(ekonomi). Maka, hasilnya program itu dibentuk, dipikirkan dan dirintis
setelah melihat perubahan-perubahan zaman yang mengancam ekstensi
kehidupan masyarakat Mee di wilayah Meuwodidee. Baik itu perubahan
pembukaan jalan, juga pemekaran-pemekaran kabupaten. “Oleh sebab itu,
program itu harus ditingkatkan peningkatan ketaqwaan atau keimanan juga
kesejahteraan ekonomi umat/masyarakat”, kata Marten.
Sementara itu, tokoh Odaa Owaada Manfred Mote, S.Fil dalam arahan
pembukaan pembentukan panitia menceritakan bagaimana falsafah hidup
orang Mee yang terangkum dalam Touye Mana itu dihidupkan kembali di
zaman-zaman yang sedang berubah ini demi menjaga ekstensi manusia Mee.
“Maka program Odaa-Owaada menjadi satu-satunya untuk menuju penyelamatan
kehidupan manusia Mee”, tandasnya. “Untuk itulah, diharapkan paroki
Diyai sebagai tuan rumah untuk melaksanakan Musmee IV pada tanggal 09-15
Februari 2014, maka umat Paroki Diyai dituntut untuk berupaya
memperjuangkan program-program untuk menghidupkan tamu-tamu yang datang
dari 13 paroki yang ada di Meuwodidee, tutur Manfred. Sementara itu,
sisi lain dia (Manfred, red) juga menceritakan bagaimana ajaran Touye
Mana (falsafah/dasar hidup orang Mee), maka perlu dijaga baik di masa
sekarang maupun di masa-masa mendatang. “Seluruh tanaman yang ditanami
dalam lingkaran Owaada merupakan hasil pemberian atau ciptaan Tuhan maka
manusia Mee ditempatkan tanah Eden yang disebut dengan Meuwodidee untuk
melestarikan dan mewariskan demi kemuliaan nama Tuhan”, kata Mote.
Disesi berikutnya dipandu oleh pastor dekan dekenat Paniai dan tim pastoral melaksanakan pemilihan ketua panitia pelaksana Musyawarah Pastoral Mee IV. Sebelumnya oleh badan formatur mengajukan 13 orang yang berasal dari warga Tigi Barat, namun dari 13 orang yang ikut serta hadir hanya 4 orang. Maka yang tidak ikut hadir dinyatakan tidak diperbolehkan ikut dalam calon. Calon yang ditetapkan dalam pemilihan itu diantaranya, Frans Ign. Bobi, S.Ap, Thobias Giyai, Aleks Badii dan Marianus Badii. Pada sesi berikut ketika badan formatur meminta tanggapan kesediaan dari ke empat calon maka saudara Marianus Badii mengundurkan diri.
Frans Ing. Bobii, S.Ap mengumpulkan sebanyak 141 suara, Thobias Giyai
mengumpulkan 79 suara dan Aleks Badii mengumpulkan 7 suara. Maka, ketua
panitia yang terpilih untuk Musyawarah Pastoral Mee yang ke IV tahun
2014 Fransiskus Ign. Bobi, S.Ap. “Dalam komposisi kepengurusan tidak
hanya oleh umat katolik, tetapi semua umat dari gereja (Kingmi, GKI,
Persekutuan dan GBI) yang ada di wilayah Tigi Barat bahkan seluruh
Meuwodidee. Kenapa harus begitu, karena Musmee IV atau Owaada itu adalah
milik orang Mee, tidak hanya milik orang atau umat katolik,” kata Frans
Ign. Bobi yang juga adalah kepala distrik Tigi Barat, kabupaten Deiyai.
( Abeth Amoye You)
Sumber: http://timipotu.blogspot.com/2013/01/panitia-musmee-iv-telah-dibentuk.html
0 komentar for "PANITIA MUSMEE IV TELAH DIBENTUK"