Ilustrasi |
Menteri Hukum dan Ham, Menkokesra, Mensos, BIN, TNI, POlri, dan lembaga Strategis lainnya yang menegaskan “disepakati
dan diputuskan Gerakan separatis di Propinsi Papua dan Papua Barat
harus dibasmi agar keadaulatan Papua ke dalam NKRI tidak tergeser
sedikit pun batas wilayah NKRI di Papua walau satu jingkal tanah pun
ditangan musuh. Keutuhan NKRI di tanah Papua akan dipertahankan sampai
titik darah penghabisan”, mendapat tanggapan keras dari Marthen Goo, Salah satu aktivis Papua.
Dalam komunikasi selulernya, Marthen menegaskan, Saya bingung dengan
Negara Indonesia ini. Maksud separatis itu apa? Siapa yang separatis?
Kalau dilihat, Aparta Negara itu justru separatis di Papua.
Menteri-menteri itu justrus separatis di Papua. Sudah ribuan rakyat tak
berdosa yang dibunuh Negara, dan proses pembunuhan itu terus terjadi.
Kasus kemarin, 16 Desember 2012, 2 warga Papua yang dibunuh oleh Aparat
Negara dalam keadaan tidak berdaya namun ditembak. Ratusan rakyat
mengungsi. Kantor Dewan Adat dibakar. Ini sesungguhnya adalah
kerja-kerja separatis. Di saat umat TUHAN menyiapkan hatinya untuk
menerima kelahiran penyelamat mereka, justru mereka diperhadapkan pada
kekerasan Negara melalui Apara Negara. Hal yang sama pun di bulan
Desember tahun lalu, Desember 2011. 30 masyarakat di Paniai meninggal,
12 ibu hamil melahirkan di jalan akitbat penyisiran yang dilakukan
Aparat Gabungan (TNI dan Polri) saat umat masyarakat Papua di Paniai
hendak menyiapkan dirinya untuk menyambut Natal. OTK (Orang Tak
Dikenal) melakukan penembakan gelap, dan akibat dari penembakan, aparat
justru melakukan penyisiran terhadap rakyat sipil, tanpa mengungkap OTK.
Ini terlihat skenario yang sengaja dikuat, agar melegitimasi penyisiran
yang dilakukan Aparat.
Marthen menyebutkan beberapa contoh kasus, yakni di Wamena, penembakan
terhadap Anggota Brimob oleh OTK, kemudian aparat melakukan penyisiran
membabibuta terhadap rakyat di Wamena. Hal yang serupa pun,
dikatakannya, ketika OTK menembak mati seorang anggota Polisi di
Paniai,21 Agustus 2012, yang efeknya terjadi penyisiran dan penyiksaan
serta pengusiran pasien dan perawat dari rumah sakit Umum di Enaro.
Marthen menegaskan, jika dilihat sesungguhnya yang separartis adalah
Negara Indonesia di Papua, hal itu dilihat dari kasus kejahatan yang
dilakukan Negara Indonesia di Papua melalui aparat Negara, semenjak
dicaploknya Papua hingga saat ini. Belum lagi, jika dilihat dari sektor
lain seperti diskrimanasi dan pembangunan bias migran dan lainnya.
Marthen menambahkan, semestinya Negara malu. Negara tidak perna
memberikan tanah untuk orang Papua hidup. Tanah Papua juga bukan
diciptakan Negara. Negara Indonesia itu pendatang baru di Papua. Orang
Papua sudah hidup berabad-abad di Papua, ketika awal orang Papua
diciptakan dengan alamnya. Semestinya Negara malu dengan berkata “tidak akan berikan sedikit jengkalan tanah pun kepada musuh”.
yang musuh itu siapa? Negara yang justru menciptakan musuh di atas
tanah orang lain. Ko itu tanah Papua tapi seakan Negara yang memberikan
tanah untuk orang Papua hidup dan seenaknya menstigma separatis dan
musuh. masa orang Papua yang menuntut keadilan dianggap musuh? Inikan
kacau! Pernyataan ini sesungguhnya Negara harus malu dan merendah diri
karena sudah mencaplok Papua masuk kedalam NKRI dan Negara harus
memberikan rasa aman dan perlindungan terhadap orang papua, membangun
rakyat Papua, bukan membunuh orang Papua seenaknya agar kekayaan Papua
dia ambil seenaknya. Ini adalah upaya pemusnaan orang Papua dari tanah
Papua. Ini tidak benar. Peryanyataan petinggi Negara itu menantang
kemanusiaan, dan harus dilawan demi kemanusiaan.(BIKO***)
Sumber: Napas.com
0 komentar for "KEKERASAN DI PAPUA TAK AKAN PERNA BERAKHIR "