JOGYA [M]-- Gubernur DIY Sri Sultan HB X, membuka acara diskusi buku bertajuk Angkat Pena demi Dialog Papua di Gedung Teatrikal Dakwah, UIN Sunan Kalijaga, pada Rabu (20/6/2012). Buku ini, merupakan kumpulan opini tentang dialog Jakarta - Papua selama kurun tahun 2001 - 2011.
Terkait hal itu, Sri Sultan optimis, sekelumit permasalahan yang terjadi di Papua harus dilaksanakan melalui paradigma baru komunikasi dialogis. Sebuah proses penyelesaian masalah lewat upaya dialogis konstruktif. Dialog, menurutnya bukan semata - mata NKRI, atau bahkan Papua merdeka. Melainkan, kerelaan untuk mau duduk bersama dan cara berkomunikasi yang setara dan bermanfaat serta keinginan untuk mau duduk bersama membicarakan semua permasalahan.
"Komunikasi antara Papua dan Jakarta, merupakan rekomendasi yang paling mungkin untuk menyelesaikan masalah - masalah non fisik," jelasnya.
Komunikasi yang lebih intens ini menjadi kunci untuk menjembatani permasalahan Papua dan Jakarta. Meskipun rumit, menurutnya dialog sangat mungkin bisa dilaksanakan. Namun, syaratnya, kedua pihak harus menyadari semangat kesetaraan, keterbukaan dan saling menghargai. Selain itu, penyelesaian masalah di Papua harus dilakukan secara menyeluruh.
Dialog ini, sudah seharusnya berdasarkan pada keputusan politik pemerintah pusat. Serta dipersiapkan secara matang. Serta terutama sekali, semua pihak harus memiliki sudut pandang yang sama untuk menyelesaikan konflik. "Political will sudah ada tinggal menunggu political action presiden," tandasnya.
SUMBER:TRIBUN.COM
0 komentar for "BEDA BUKU TENTANG ANGKAT PENA DEMI DIALOG PAPUA JAKARTA"