Jayapura, 30/09 (Jubi) – Selama pencarian senjata yang
mengakibatkan konfrontasi, Alpius Mote, seorang siswa SMA 17 tahun,
meninggal akibat luka tembak dan setidaknya tiga orang lainnya terluka.
“Pemerintah Indonesia perlu menjelaskan mengapa polisi merasa perlu
untuk menembak langsung ke kerumunan demonstran yang melemparkan batu,”
kata Phelim Kine, wakil direktur Asia Human Rights Watch melalui rilis
pers yang diterima redaksi Jubi, Senin (30/09). “Kekuatan mematikan
hanya dapat digunakan sebagai upaya terakhir untuk melindungi
kehidupan.” lanjut Kine.
Selain itu, Human Rights Watch juga menyebutkan adanya pelecehan
terhadap korban, tenaga medis, dan saksi di rumah sakit setempat.
Sebelumnya, beberapa saksi mengatakan bahwa dua anggota Brigade Mobil
(Brimob) mencari senjata di pasar pusat kota Waghete pada pagi hari, 23
September 2013. Pencarian senjata merupakan bagian dari respon aparat
keamanan atas kerusuhan yang terjadi setelah pelantikan seorang Bupati
pada tanggal 18 Agustus lalu. Dua anggota Brimob ini menghentikan
pejalan kaki di pasar untuk menanyakan senjata yang mereka cari, kata
saksi. Saat kedua polisi ini menghentikan seorang pria tua untuk
menanyakan tentang senjata yang mereka cari, semakin banyak orang
berkumpul dan mulai melakukan protes atas tindakan kedua anggota polisi
tersebut. Tak lama kemudian, sekelompok orang dari kerumunan mulai
melempar kedua polisin tersebut dengan batu. Lemparan batu ini
menyebabkan salah satu anggota polisi ini melepaskan tembakan ke arah
kerumunan warga. Namun tidak jelas, apakah tembakan tersebut diawali
dengan tembakan peringatan atau tidak.
Setelah penembakan itu, warga setempat mengacungkan busur dan anak
panah dan semakin banyak yang berkumpul di tempat kejadian itu dan terus
melempari polisi dengan batu. Seorang anggota polisi yang ada di lokasi
kejadian juga dilaporkan mengalami pemukulan oleh warga. Namun belum
ada laporan dari kepolisian yang menyebutkan adanya korban dari pihak
kepolisian.
Beberapa menit setelah penembakan tersebut, sekitar 35 anggota Brimob lainnya tiba di pasar untuk membubarkan kerumunan massa.
Juru bicara Kepolisian Sulistyo Pudjo Hartono menolak untuk
mengomentari rincian insiden itu. Ia mengatakan penyelidikan sedang
berlangsung.
Saksi mata lainnya mengatakan bahwa Alpius Mote tidak terlibat dalam
aksi yang dilakukan warga, namun ia baru saja meninggalkan halaman
sekolah ketika ia ditembak. Para korban luka tembak lainnya termasuk dua
siswa, Aprida Dogopia dan Alex Mote, serta Frans Dogopia, seorang
pegawai pemerintah daerah. Semua dibawa ke rumah sakit Uwibutu Madi
untuk pengobatan setelah kejadian. (Jubi/Victor Mambor)
Sumer: JB
0 komentar for "KEBRUTALAN POLISI : LEMPARAN BATU DIBALAS TEMBAKAN MEMATIKAN"